This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Tuesday, 26 February 2013

KAWASAN WISATA

Kawasan wisata
Tempat Wisata di Bandung – Bandung selatan merupakan salah satu tempat tujuan wisata favorit di Bandung di karenakan di Bandung selatan banyak tempat wisata alam yang menakjubkan keindahannya dan layak untuk dikunjungi seperti obyek wisata Kawah putih Ciwidey, Bumi Perkemahan Rancaupas Ciwidey, Situ Cileunca Pangalengan dan lain-lain. Kondisi Alam yang masih alami, udara yang segar, air yang jernih merupakan daya tawar lain dari Bandung selatan maka tidak heran Bandung selatan banyak dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Salah satu tempat wisata di Bandung selatan yang favorit adalah obyek wisata kawah putih ciwidey, kawah putih merupakan sebuah kawah indah berwarna putih yang terletak di gunung patuha pada ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut yang memiliki rata-rata suhu antara 8°-22° Celcius serta berjarak sekitar 48 KM dari pusat Kota Bandung. Disebut kawah putih karena air kawah ini nampak berwarna putih yang selalu di selimuti kabut tebal, walaupun terkadang warna air kawah putih berwarna kebiru-biruan ketika terik matahari, pasir serta bebatuan disekitarnya pun berwarna putih sehingga disebutlah kawah putih.

Ketika mengunjungi obyek wisata kawah putih, wisatawan akan disuguhkan pemandangan yang sangat menakjubkan, suasana rileks ditemani udara yang sejuk menentramkan batin menghilangkan sejenak kegelisahan. Kondisi suhu yang dingin memaksa wisatawan mengunjungi warung-warung yang tersedia di tempat parkir untuk sedikit menghangatkan suhu tubuh oleh bandrek atau makanan yang lain, hal seperti ini menjadi kesan tersendiri dari tempat wisata ini.
Objek wisata Kawah Putih terletak di Ranca Bali, sekitar 44 km dari kota Bandung, tepatnya di desa Sugih Mukti kecamatan Pasir Jambu.

Bumi Perkemahan Ranca Upas






ALAT TRANSPORTASI SUNDA



Alat Transportasi
Delman dan Pedati adalah alat transportasi darat (tradisional) yang ada di Jawa Barat. Dua alat transportasi inilah yang dulu digunakan oleh Warga Jawa Barat sebelum kini terisisihkan oleh kendaraan modern seperti mobil dan sepeda motor.
Nah, lantas seperti apa dan seperti apa sih sebenarnya dua kendaraan tradisional ini dan juga asal usulnya, berikut adalah hasil penelusuran KarIn di Museum Sri Baduga Jawa Barat yang berada di Jl. BKR. No.195 Bandung ini.
Delman
Kereta pengangkut yang ditarik kuda atau disebut juga Kretek. Awalnya hanya digunakan oleh kalangan bangsawan. Kini masih menjadi alat transportasi masyarakat di kawasan Priangan.  Asal muasal: Ciparay, Kab. Bandung.
Pedati
Alat transportasi darat ini menggunakan sapi atau kerbau sebagai tenaga penariknya. Pada umumnya digunakan untuk mengakut beban berat, seperti bahan bangunan, hasil bumi dan sebagainya. Kereta barang ini dijalankan pada malam hari, agar tidak menggangu kelancaran lalu lintas. Asal muasal : Kabupaten Indramayu.

Di Karawang sendiri kedua alat transportasi ini masih bisa dijumpai, walaupun sudah sangat langka. Bahkan, fungsinya cenderung sudah berubah. Delman misalnya, atau yang lebih populer dengan nama Sado, di Karawang cenderung menjadi sarana (alat) rekreasi. Orang-orang naik sado bukan untuk tujuan mencapai tempat tertentu (alat transportasi), namun cenderung hanya sebagai sarana rekreasi (alat hiburan), baik untuk jalan-jalan maupun coba-coba karena penasaran. Seperti salah satunya yang masih ditemui terutama di Kecamatan Cilamaya Kulon.
Sedangkan Pedati, umumnya beralih fungsi untuk menarik ataupun mengangkut barang-barang termasuk barang dagangan. Seperti yang bisa dikita temui di pelosok-pelosok kampung, dimana pedati digunakan untuk membawa barang seperti bambu, kayu untuk dijual berkeliling dari kampung ke kampung. 


MAKANAN ADAT SUNDA


Makanan adat sunda

Bakakak ayam
Nasi timbel dara goreng, nasi timbel dengan merpati goreng, tempe, tahu dan lalap

Lalab, sayuran mentah dengan sambal.



Sayur asem, lalab, nasi merah, ikan asin, sambal, dan karedok.
  • Nasi timbel, merujuk kepada cara memasak dengan membungkus nasi panas di dalam daun pisang. Panas nasi menjadikan aroma daun pisang luruh dan menambah aroma nasi. Caranya hampir sama dengan membuat lontong; ditekan, dipadatkan, dan digulung dengan daun pisang; biasnya disajikan bersama beberapa pilihan lauk-pauk teman nasi seperti ayam, bebek, atau merpati goreng, empal gepuk, jambal roti, tahu, tempe, sayur asem, lalab dan sambal. Nasi timbel pada perkembangannya mengilhami resep nasi bakar.
  • Nasi Liwet Sunda, cara masak nasi dalam tungku dengan nasi dibumbui sereh dan laos serta daun salam. Untuk menambah rasa ada yang menambahkan ikan asin.[1]
  • Nasi Tutug Oncom, nasi yang dinanak dengan campuran oncom, bawang merah, dan kencur, biasanya disajikan dengan krupuk, sambal terasi, dan teri asin.
  • Lalab, sayuran mentah disajikan dengan sambal
  • Sambal terasi, sambal ulek dengan terasi
  • Karedok, sayuran mentah dengan bumbu kacang
  • Lotek, sayuran rebus dengan bumbu kacang
  • Sayur Asem, sayur dengan citarasa asam jawa.
  • Oncom, fermentasi kacang tanah mirip dengan tempe. Oncom dapat digoreng, dijadikan pepes, atau ditumis dengan sayuran seperti Ulukutek Leunca (leunca) atau Oncom Peuteuy (dicampur petai).
  • Tumis Tauco, Tahu ditumis dengan tauco.
  • Tumis Kangkung, kangkung tumis.
  • Aneka Pepes, pepes adalah cara memasak dengan membungkus bahan pangan di dalam daun pisang yang kemudian dimasak (dipanaskan), berbagai bahan pangan dapat dijadikan pepes, seperti ikan mas, teri, oncom, leunca, jamur, telur asin, tahu, dan lain-lain. Salah satu yang paling terkenal adalah Pais Lauk Emas (pepes ikan mas).
  • Aneka Ikan Bakar, aneka ikan bakar disajikan dengan cocolan sambal dan kecap. Ikan mas, gurami, ikan nila, dan lele lazim disajikan.
  • Aneka Ikan Goreng, aneka ikan goreng disajikan dengan cocolan sambal dan kecap. Ikan mas, gurami, ikan nila, dan lele lazim disajikan, tetapi Gurame Kipas adalah salah satu yang paling populer.
  • Aneka Ikan Asin, ikan asin seperti peda, jambal, pari, ikan asin bulu ayam, teri, dan cumi asin; juga ikan gabus.
  • Bakakak hayam, ayam panggang ala Sunda
  • Empal Gepuk, daging sapi goreng bercitarasa manis
  • Soto Bandung, soto daging sapi dan lobak
  • Soto Mie, soto dengan mi, bihun, lumpia, kikil atau urat sapi
  • Mie Kocok, mi dengan kikil dan urat sapi
  • Sate Maranggi, sate kambing atau domba khas Sunda dengan bumbu kecombrang
  • Gulai Kambing, gulai daging kambing
  • Empal Gentong, daging dan jeroan kambing dari Cirebon
  • Laksa Bogor, sejenis variasi laksa dari Bogor
  • Kupat Tahu, ketupat, tahu, bihun, taoge, dengan bumbu kacang
  • Asinan, sayuran atau uah-buahan yang diawetkan dengan cara diasinkan atau diacar
  • Baso Tahu, mirip dimsum, tahu dan daging ikan kukus, sama dengan Siomay Bandung.
  • Batagor, Baso Tahu Goreng.
Kudapan
Tahu Sumedang.
  • Surabi
  • Tahu Sumedang
  • Tahu Gejrot
  • Bala-bala
  • Cireng, Aci goreng (Bahasa Sunda: "gorengan tepung sagu")
  • Cilok, Aci dicolok (Bahasa Sunda: "tepung sagu dicolok")
  • Cimol, bola sagu
  • Colenak, Dicocol enak (Bahasa Sunda: "dicelup enak")
  • Leupeut, compacted rice with or without filling, wrapped in young coconut leaf
  • Peuyeum sampeu
  • Peuyeum ketan
  • Comro, Oncom dijero (Bahasa Sunda: "oncom di dalam")
  • Misro, Amis dijero (Bahasa Sunda: "manis di dalam")
  • Odading
  • Dodol Garut, dodol dari Garut.
  • Kolontong
  • Opak
  • Ranginang
  • Kalua
  • Ladu
Minuman




PAKAIAN ADAT JAWA BARAT



Pakaian Adat Jawa Barat
Jawa Barat memiliki pakaian adat yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Kain kebaya pada dasarnya digunakan perempuan di semua lapisan, baik rakyat biasan maupun bangsawan. Perbedaannya mungkin hanya pada bahan kebaya yang digunakan serta corak hiasnya.
Pakaian untuk laki-laki pada umumnya adalah baju takwa dan celana warna hitam, dilengkapi dengan kain dodot dan tutup kepala bendo terbuat dari kain batik halus bermotif sama dengan kain dodot. Untuk kesempatan resmi, pakaian perempuan Priangan dilengkapi dengan sehelai selendang berwarna sama dengan kebaya dan alas kakinya berupa sandal selop.
Pada bagian kebaya dari leher sampai ujung bawah kebaya surawe terdapat hiasan dari pasmen, demikian pula pada sekeliling lengan dan pada seputar bawah kebaya. Sebagai penyambung belahan kebaya digunakan peniti.
Sementara itu, masyarakat Cirebon mengenakan baju sorong atau baju kurung. Selain kebaya, kain batik juga digunakan oleh semua lapisan masyarakat di Priangan maupun di Cirebon. Penggunaan kain batik dengan dililitkan pada bagian bawah badan, dari pinggang hingga ke pergelangan kaki. Untuk memperkuat dililitkan beulitan atau sabuk pada pinggang pemakai.
Kelengkapan pakaian bagi kaum perempuan juga diperhatikan. Mereka pada umumnya memakai perhiasan gelang emas atau perak, gelang bahar, suweng pelenis baik yang terbuat dari emas atau perak, dan ali meneng. Sementara kaum laki-laki pada umumnya memakai cincin emas, hiasan jas di bagian dada, yang terdiri dari rantai emas atau perak dengan liontin dari kuku harimau.

PAKAIAN ADAT PRIA JAWA BARAT :
  • Terdiri dari baju jas dengan kerah menutup leher yang biasa disebut dengan JAS TAKWA.
  • Kain batik atau lebih dikenal dengan nama KAIN DODOT dengan motif bebas.
  • Celana panjang yang sewarna dengan JAS TAKWA
  • Penutup kepala / BENDO
  • Kalung
  • Sebilah keris yang terselip di belakang pinggang
  • Alas kaki atau selop
  • Rantai kuku macan atau jam rantai sebagai hiasan JAS TAKWA

PAKAIAN ADAT WANITA JAWA BARAT :
  • Baju kebaya motif polos dengan hiasan sulam atau manik-manik
  • Kain batik atau disebut juga KAIN KEBAT DILEPE.
  • Ikat pinggang, biasa disebut BEUBEUR yang fungsinya untuk mengancangkan kain KEBAT DILEPE
  • Selendang, biasa disebut KAREMBONG yang berfungsi sebagai pemanis.
  • Beberapa hiasan kembang goyang yang menghiasi bagian atas kepala serta rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggul rambut
  • kalung
  • Alas kaki / selop yang warnanya sama dengan warna kebaya.

SENJATA TRADISIONAL SUNDA


Senjata tradisional sunda

Bentuk Golok Sunda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 2005, golok adalah sejenis parang atau pedang yang berukuran pendek. Sedangkan parang sendiri adalah pisau besar namun lebih pendek dari pedang:
Sedangkan arti golok dalam Kamus Umum Basa Sunda oleh Lembaga Basa & Sastra Sunda (Penerbit Tarate Bandung tahun 2000), golok adalah bedog, perabot atau alat untuk memotong.
Dalam Ensiklopedi Sunda (Pustaka Jaya 2000) diuraikan pengertian bedog yang merupakan nama alat tajam dari besi baja, ada yang berupa pakakas (perkakas) dan ada yang berupa pakarang (senjata). Bedog, baik yang berupa pakakas maupun yang berupa senjata, dalam bahasa Indonesia disebut golok atau parang.
Dari uraian baik dalam kamus maupun ensiklopedi pengertian golok adalah sama dengan bedog. Golok adalah istilah atau nama dalam bahasa Indonesia untuk perkakas atau senjata tajam yang terbuat dari besi baja, yang dalam bahasa Sunda disebut bedog.
Melengkapi pengertian golok dari kamus dan ensiklopedi diatas, secara fisik golok (bedog dalam bahasa sunda, bendo dalam bahasa jawa, parang bahasa melayu) adalah nama alat yang termasuk ke dalam perkakas dan senjata tajam, ukurannya lebih besar dari pisau namun lebih pendek dari pedang, memiliki bilah tebal dan lebar yang terbuat dari logam.
anatomi golok sunda
Golok atau bedog sunda sangat beragam, karena tiap daerah di Jawa Barat memiliki variasi bentuk tersendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan karakteristik masing-masing masyarakat penggunanya. Golok (bedog) sunda umumnya memiliki bilah dengan panjang lebih kurang 30 cm sampai dengan 40 cm, namun ada pula bilah golok yang berukuran pendek atau kurang dari 30 cm. Golok (bedog) sunda yang memiliki panjang bilah lebih dari 40cm disebut kolewang atau gobang.
Bagian utama dari sebuah golok adalah bilah (wilah) dan penamaan golok umumnya berdasarkan pada bentuk bilahnya yang terbuat dari campuran besi dan baja. Bahan baku yang umum digunakan oleh pengrajin golok di Jawa Barat saat ini adalah lempengan per bekas mobil. Bahan ini relatif mudah didapat di tempat penjualan besi bekas. Per mobil bekas digunakan selain karena lebih murah dari bahan baku yang baru, juga karena merupakan campuran besi dan baja yang cocok untuk golok.
Bilah golok dimulai dari buntut atau paksi, yaitu bagian ekor pada pangkal bilah yang dimasukkan pada pegangan golok (perah). Badan bilah terdiri dari perut (beuteung), yaitu bagian sisi yang tajam. Sedangkan bagian yang tumpul dinamakan punggung (tonggong). Ujung bilah golok disebut dengan congo.
Punggung bilah golok sunda ada yang lurus ada pula yang berpunggung melengkung atau dalam istilah sunda bentik.
Golok sunda umumnya memiliki bentuk gagang atau perah yang melengkung dan memiliki ujungnya berbentuk bulat (eluk). Bentuk perah yang agak miring dan melengkung berfungsi agar golok dapat digenggam dengan kuat dan nyaman. Bentuk ujung perah yang bulat berfungsi agar jari kelingking terkait, menahan genggaman tangan agar tidak lepas tergelincir.
Perah kebanyakan dibuat dari bahan kayu dan tanduk kerbau, selain itu juga digunakan tanduk rusa dan tulang hewan sesuai dengan permintaan.
Sarung golok disebut sarangka, fungsi utamanya adalah agar golok dapat mudah dan aman untuk dibawa, diselipkan (disoren) dipinggang. Bentuk sarangka mengikuti bentuk bilah di dalamnya, bila bentuk bilah melengkung maka bentuk perah pun dibentuk melengkung.
Seperti perah, sarangka juga umumnya terbuat dari kayu. Adapula ditemukan sarangka yang terbuat dari kulit hewan, tetapi ini sangat jarang. Sarangka yang dilengkapi dengan asesoris tambahan berupa gelang-gelang pengikat (simpay) yang terbuat dari tanduk kerbau atau lembaran logam yang disebut dengan barlengolok hambalan
Bentuk bilah: hambalan
Material bilah: besi per
Bentuk perah: mantri calik
Material perah: kayu rasamala
Material sarangka: kayu rasamala dan kayu loka
Bentuk simeut meuting: eluk paku
dibuat oleh pandai besi dan maranggi di Ciwidey  Jawa Barat.

Golok Paut Nyere


Bentuk bilah: paut nyere
Material bilah: besi per
Bentuk perah: soang ngejat
Material perah: kayu rasamala
Material sarangka: kayu rasamala dan kayu loka
Bentuk simeut meuting: eluk paku
dibuat oleh pandai besi dan maranggi di Ciwidey  Jawa Barat.

Jenis Golok Sunda


Jenis atau bentuk golok (bedog ) sunda sangat beragam, karena tiap daerah di Tatar Sunda memiliki variasi bentuk tersendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan karakteristik masing-masing masyarakat penggunanya.
Di Tatar Sunda ditemukan beberapa bentuk golok dengan nama yang sama namun bentuknya berbeda di daerah lain, serta sebaliknya bentuk golok yang sama tetapi memiliki sebutan nama yang berbeda di lain daerah.Pada tulisan ini nama sebutan dan bentuk golok menggunakan data dari golok sunda yang ada di Ciwidey Kabupaten Bandung Jawa Barat.
Berdasarkan kegunaan golok sunda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu golok pakai/bedog gawé /pakakas, selanjutnya disebut dengan bedog gawé, dan golok sorén/golok silat/pakarang, selanjutnya disebut golok pakarang. Golok yang berupa pakarang digunakan untuk beladiri/berkelahi (silat) atau setidaknya sebagai ganggaman (pegangan) yang di-sorén dipinggang oleh para pendekar atau jawara (Banten, Betawi), oleh karena itu selalu memakai sarangka (sarung). Sedangkan bedog yang berupa pakakas ada yang memakai sarangka dan ada pula yang tidak.
Bedog Gawé
Berdasarkan fungsi dan penggunaannya bedog gawé dapat dikelompokkan menjadi :
Bedog Daging / Dapur
Bedog Kalapa
Bedog Pamilikan
Bedog Kebon

Bedog Sadap

Bedog Pamoroan
Golok Pakarang
Tidak ada perbedaan bentuk antara wilah bedog gawe dengan golok pakarang. Namun Golok pakarang selalu dilengkapi sarangka agar golok dapat di-soren. Golok pakarang umumnya dibuat sesuai dengan keinginan pemesannya, dibuat lebih halus, dan dihias (diberi ukiran).
Pakarang adalah senjata-senjata yang dibuat khusus untuk para raja dan petinggi-petinggi di lingkungan kerajaan. Dalam pembuatan pakarang tentu menggunakan bahan terbaik dan teknik khusus. Ciri fisik dari pakarang yang mudah terlihat adalah pamor pada bilah pakarang seperti keris, kujang dan golok. Pamor adalah bentuk logam hasil olahan dari pencampuran sejumlah jenis logam yang berbeda, yang ditempa dan dilipat menjadi satu sehingga menghasilkan tekstur/pola tertentu pada permukaannya. Pakarang yang menggunakan besi pamor akan lebih kuat dan awet karena besi hasil olahan ini telah ’matang’ dibandingkan dengan besi/ logam biasa. Unsur estetika pada golok pakarang lebih diperhatikan dibandingkan dengan bedog gawe yang lebih mengutamakan unsur fungsi. Penekanan pada unsur estetika atau ornamen tentunya sedikit banyak mengurangi fungsionalitas golok sebagai perkakas.
Golok pakarang berpamor tidak dijumpai sebanyak keris dan kujang, kemungkinan bentuknya yang besar dan sederhana kalah artistik dengan kujang dan keris, sehingga tidak banyak dibuat. Namun golok berpamor yang disebut dengan golok sulangkar masih dibuat dan dapat jumpai terutama di Ciomas Banten, walaupun pembuatannya hanya setahun sekali yaitu pada tanggal 14 Maulud penanggalan Islam.

Senjata Tradisional Jawa Barat (KUJANG)

Kujang

Kujang
Masyarakat Jawa Barat yang mayoritas beretnis Sunda memiliki lambang daerah berupa gambar yang di tengahnya menampilkan senjata tradisional yang disebut kujang. Kujang adalah senjata tradisional berupa senjata tajam yang bentuknya menyerupai keris, parang, dengan bentuk unik berupa tonjolan pada bagian pangkalnya, bergerigi pada salah satu sisi di bagian tengahnya dan bentuk lengkungan pada bagian ujungnya. Bagi masyarakat Sunda, kujang lebih umum dibandingkan dengan keris.
Kujang tidak hanya dipakai untuk lambang daerah tapi juga dipakai untuk nama perusahaan (Pupuk Kujang, Semen Kujang), nama kampung (Parungkujang, Cikujang, Kujangsari, Parakankujang), nama batalion (Batalyon Kujang pada Kodam III/Siliwangi), nama tugu peringatan (Tugu Kujang di Bogor, Tugu Kujang Bale Endah), dan lain-lain.Popularitas kujang bagi masyarakat etnis Sunda sudah tidak disangsikan lagi. Akan tetapi, ironisnya, eksistensi kujang baik sebagai perkakas maupun sebagai pusaka mulai sirna. Kujang kini hanya berada di museum-museum dengan jumlah yang relatif sedikit dan dimiliki oleh para sesepuh atau budayawan yang masih mencintai kujang sebagai pusaka leluhurnya.Pada masyarakat etnis Sunda ada kelompok yang masih akrab dengan kujang dalam pranata kehidupan sehari-hari, yaitu masyarakat Sunda “Pancer Pangawinan” yang tersebar di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor, di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, dan masyarakat Sunda Wiwitan Urang Kanekes (Baduy) di Kabupaten Lebak.Kujang (Kujang Pamangkas) dalam lingkungan budaya mereka masih digunakan untuk upacara nyacar (menebang pohon untuk lahan huma) setahun sekali. Sebagai patokan pelaksanaan nyacar tersirat dalam ungkapan unggah kidang turun kujang yang artinya jika bintang kidang (orion) muncul di ufuk timur waktu subuh, pertanda waktu nyacar telah tiba dan kujang digunakan sebagai pembuka kegiatan perladangan.Bukti keberadaan kujang diperoleh dari naskah kuno di antaranya Serat Manik Maya dengan istilah kudi, Sanghyang Siksakandang Karesian dengan istilah kujang, dan dari berita pantun Pajajaran Tengah (Pantun Bogor).
Kujang adalah pusaka tradisi Sunda, sejarah yang menceritakan awal keberadaannya masih belum terungkap. Kalau saja Kerajaan Salakanagara yang merupakan kerajaan tertua di Jawa sebagai cikal bakal lahirnya kujang, diyakini keberadaan kujang sudah sangat tua. Alasan tersebut diperkuat bahwa apabila kujang yang diperkirakan sebagai alat perladangan atau pertanian maka Kerajaan Tarumanegara pada abad IV sudah mampu menata sistem pertanian secara baik dengan dibangunnya sistem irigasi untuk perladangan dan pertanian, mungkin kujang sudah hadir dalam konteks perkakas perladangan atau perkakas pertanian dalam pranata sosial budaya masyarakat pada saat itu. Kujang diakui keberadaannya sebagai senjata khas masyarakat etnis Sunda. Kujang merupakan warisan budaya Sunda pramodern.Kujang merupakan senjata, ajimat, perkakas, atau benda multifungsi lainnya yang memiliki berbagai ragam bentuk yang menarik secara visual. Kujang dengan keragaman bentuk gaya dengan variasi-variasi struktur papatuk, waruga, mata, siih, pamor, dan sebagainya sangat artistik dan menarik untuk dicermati karena struktur bentuk tersebut belum tentu ada dalam senjata lainnya di nusantara. Kujang sebagai senjata yang memiliki keunggulan visual tadi sekaligus mengundang pertanyaan apakah dalam struktur estetik kujang tadi memiliki makna dan simbol? Berbagai pendapat dari berbagai tokoh masyarakat mengarah ke sana.Kujang koleksi SumedangSejarah kerajaan yang tumbuh di Sumedang pada masa lalu erat kaitannya dengan Kerajaan Pajajaran. Koleksi kujang Pajajaran yang dimiliki Museum Prabu Geusan Ulun relatif banyak bahkan mungkin paling banyak jika dibandingkan dengan museum-museum yang ada di Jawa Barat atau Indonesia sekalipun. Kujang-kujang tersebut beragam varian Kujang Ciung, beragam varian Kujang Naga, Kujang Kuntul, Kujang Pamangkas, Kujang Wayang, dan sebagainya.Kujang-kujang yang tersimpan cukup terpelihara dengan baik di mana fisik waruga, pamor, siih, dan mata kujang masih banyak yang utuh. Bahkan, persepsi dari kebanyakan masyarakat bahwa semua kujang berlubang terbantahkan dengan masih adanya beberapa koleksi kujang di museum ini yang masih memiliki penutup lobang atau penutup mata. Mungkin hilangnya penutup lobang karena penutup lobang terbuat dari bahan-bahan yang bernilai seperti logam-logam mulia, permata, dan sejenisnya. Hilangnya pun mungkin diambil atau jatuh akibat dari ceruk lubangnya yang korosif.Kujang merupakan produk budaya masyarakat peladang. Penamaannya cenderung pada makhluk-makhluk yang banyak hidup di daerah ladang seperti Kujang Ciung dari burung Ciung, Kujang Naga dari ular, Kujang Bangkong dari kodok, Kujang Kuntul dari burung kuntul. Bahkan, Kujang Wayang diperkirakan sebagai simbol untuk kesuburan.Tokoh wanita pada kujang wayang mengingatkan pada simbol-simbol kesuburan, misalnya patung purba Venus Willendorf di Eropa yang berbentuk manusia berperawakan subur sebagai simbolisasi kesuburan. Tokoh Dewi Sri dikenal sebagai dewi kesuburan. Mencermati secara fisik Kujang Wayang ini pun yang tidak memiliki sisi tajam di bagian tonggong dan beuteung yang mungkin sangat berbeda dengan kujang lainnya (kujang dua pangadekna/kujang memiliki dua sisi yang tajam) diperkirakan untuk kepentingan upacara yang erat kaitannya dengan kepentingan kesuburan.
Kujang yang dikenal oleh masyarakat kita pada umumnya adalah Kujang Ciung. Pada lambang daerah, pada lambang perusahaan pupuk dan semen, pada lambang batalion, pada tugu-tugu dan lain-lain tampak jelas mengindikasi pada bentuk Kujang Ciung. Padahal, kujang memiliki beragam bentuk dan nama yang menyesuaikan bentuk tersebut. Beragam bentuk dan nama diperkirakan memiliki simbol yang dipakai dalam tatanan masa keemasan kujang yaitu masa kerajaan Sunda Pajajaran.Istilah kujang sendiri memiliki banyak penafsiran, salah satunya ada yang mengatakan bahwa kujang berasal dari kata kudi dan hyang yaitu kudi yang dianggap disucikan. Hal tersebut mengacu pada perkembangan senjata kudi yang banyak ditemukan di daerah Pulau Jawa dan Madu.





Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More